Minggu, 20 Oktober 2013

PILIHAN HATI (TAK) SELALU BERARTI

PILIHAN HATI (TAK) SELALU BERARTI

Judul Buku         : SEGITIGA; Setiap Sudut Punya Cerita
Penulis               : Dian Nafi dan Nessa Kartika
Penerbit             : Hasfa Publishing
Cetakan             : Pertama, Juli 2012
Halaman                        : vi + 120
Ukuran buku      : 11 x 18 cm
Harga                 : Rp. 27rb
ISBN                   : 978-602-225-073-9 

Segitiga, sebuah bangun datar dengan tiga sudut. Besar sudutnya tidak selalu sama. Seperti halnya Segitiga yang ditulis oleh Dian Nafi dan Nessa Kartika ini, setiap sudut punya cerita yang berbeda.

Awal sebelum membaca buku ini, mungkin yang terpikir dibenak pembaca adalah sebuah cinta segitiga. Tapi, yang pembaca dapati adalah sesuatu hal yang berbeda. Bukan cinta segitiga biasa.

Penulis menggambarkan cinta segitiga yang berkolaborasi dengan dunia politik, LSM, serta murni sebuah ketulusan. Berawal dari pertemuan Ning (Sekar Wahyuningsih) dengan Faisal (Fasial Bahri) yang, saking kedekatan diantara keduanya, timbullah rasa cinta di hati Ning. Sebab, terjadi kekosongan kasih sayang di diri Ning, karena jarak dengan kekasih hatinya, Ryan.

Namun, kedekatan Ning dengan Faisal, menyebabkan kecemburuan luar biasa oleh seorang laki-laki yang bernama Pamungkas, seorang Politikus. Dikabarkan bahwa Pamungkas, seorang Gay. Pamungkas diam-diam menyukai Faisal, dan dalam hal ini Faisal sadar. Namun, Faisal hanya diam.

Segitiga adalah novel Duet, kolaborasi antara Dian Nafi dan Nessa Kartika yang notabene-nya berbeda usia, bisa dikatakan beda jaman, namun dalam penggunaan bahasa, karakter tulisan serta pemilihan diksinya, hampir tidak dapat dibedakan. Dan begitu menarik, semakin membuat pembaca untuk terus menikmati setiap kata dan kalimatnya.

Konflik yang di buat penulis tidak hanya sekedar cinta segitiga antara Ning, Ryan dan Faisal. Yang akhirnya Ning lebih memilih bubaran dengan Ryan, karena perubahan yang terjadi pada diri Ryan. Serta karena cinta pura-pura Ning terhadap Faisal menuai kegelisahan, akhirnya menjadi cinta yang serius. Namun, persaingan sengit antara LSM yang direkturnya adalah Faisal, dengan sindikat penggelapan kayu Pinus di Kaliurang, yang disinyalir digembongi oleh Denmas Haryo dan Pamungkas. Penulis berusaha menggambarkan kebusukan birokratif di negara ini.

Kemunculan berita di surat kabar, mengakhiri sebuah penjalanan karir seorang Faisal Bahri, yang digambarkan oleh penulis dengan teka-teki. Dan Kekosongan hati seorang Sekar Wahyuningsih yang tak pernah ia dapatkan.
Ning, Jaraklah yang mempertemukan kita. Bukan memisahkan. Bila tak ada jarak, tiadalah kita. Dalam jarak, rindu tumbuh dan tak pernah jemu untuk bertemu. Dan bertamu pada setiap jejak jarak. Maka pertemuan adalah mewujudkan jarak dalam bentuk sempurna, bukan meniadakan. (Penggalan Surat dari Ryan, Hal :93)

resensi by Cowie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar